Di atas bukit itu, kita bisa melihat pelangi dengan jelas. Aku dan murid-muridku sering kesana sehabis hujan. Pelangi seakan memberikan warna padaku, pun pada kedua belas muridku. Mereka, murid-muridku adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang dititipkan orang tuanya. Adalah seorang gadis kecil yang baru masuk kemarin. Kedua orang tuanya adalah orang yang berada. Aku tak habis pikir,mengapa mereka menitipkan anaknya pada kami di gubuk kecil yang kami sebut rumah ceria. Gadis kecil itu bernama Nara. Umurnya sekitar 8 tahun. Matanya indah. Aku sudah jatuh cinta padanya dan matanya sejak kemarin ia dibawa, walaupun ia tak bisa melihat.
"Hujan badai seperti ini, apa mungkin masih ada pelangi?", tanya Riko yang tiba-tiba muncul di sampingku.
"Bukit itu, bukit pelangi, om. Hujan yang bagaimana pun, tetap ada pelangi disitu", jawab Tasya yang sedari tadi duduk menatap hujan. Aku tersenyum.
"Habis hujan, kita mau kesana kan bu?", tanya Mira yang susah payah menyingkirkan buku-buku di lantai agar ia dan kursi rodanya bisa mendekat padaku.
"Pasti. Kalian sudah merindukan pelangi kan?", aku balik bertanya.
"Pelangi itu apa?", suara Nara.
Aku terdiam. Nara kecil pastilah tidak tahu apa itu pelangi.
"Nah, ayo kalian semua kasih tahu Nara apa itu pelangi"
"Pelangi itu jembatan bidadali", teriak Marko masih sibuk dengan kereta mainannya.
"Pelangi itu kayak lolipop", balas Dila.
"Pelangi.. itu.. cat air.. yang.. tumpah.. dari .. langit", Darla menerjemahkan bahasa isyarat Momo.
"Pelangi itu baguus banget. Susah deh ngejelasinnya",jelas Vania.
Aku melihat seberkas senyum pada bibir manis Nara. Entah bagaimana aku harus menjelaskan pelangi padanya.
"Pokoknya kalo gak liat langsung, gak bakal tahu indahnya pelangi", sambung Dimas.
Nara menduduk. Aku jadi serba salah.
Hujan berhenti tak lama kemudian. Aku membawa murid-muridku ke puncak bukit. Mereka bermain-main di rumput yang lembab sisa hujan. Mira lebih memilih melukis di atas kursi rodanya.
"Kata mama, aku yang bunuh kakak. Jadi, mama sama papa buang aku kesini", Nara tiba-tiba duduk dan bercerita padaku.
"Sayang, kamu gak dibuang kok. Mama sama papa nitipin kamu disini, biar kamu banyak temennya"
"Kakak sama aku kecelakaan. Kakak yang meninggal, akunya gak papa. Semua jadi heran. Padahal kan kakak lebih pinter, lebih cantik", si kecil Nara terus bercerita seperti tak mendengarkanku.
"Aku pasti dibuang karena aku yang bikin kakak pergi. Aku mau naek pelangi. Kakak aku kayak bidadari cantiknya. Mungkin dia ada disana yah bu?"
Aku mendekap kepalanya, mengecupnya lembut. Aku kehabisan kata-kata.
"Kata papa kalo aja aku gak buta, aku bisa jadi pengganti kakak. Tapi kakak gak mungkin aku gantiin, kan bu? Kan kakak cantik. Kan mama lebih sayang sama kakak"
Aku menitikkan air mata. Gadis kecil ini pasti sudah melewati hari-hari yang berat.
"Bu, benar yah pelangi itu jembatan bidadari?"
"Mungkin benar sayang", senyumku.
"Kalau begitu naek pelanginya dari ujungnya yang disana itu yah?", tunjuk Nara kemudian.
Aku tersentak. Oh, tuhan. Anak ini tidak buta.
Rabu, 27 Maret 2013
Kamis, 21 Maret 2013
putih-putih di rumah sakit
Beberapa minggu belakang, aku sibuk berjibaku di rumah sakit. Belajar banyak banget. Mengenyangkan, eh maksudnya menyenangkan. Di rumah sakit ada banyak yang pake baju putih-putih. Baju warna-warni juga banyak. Akibatnya banyak yang sering salah panggil. Nih, buat yang gak tahu arti seragam putih-putih di rumah sakit.
1. Koas/ Dokter Muda
Koas singkatan dari ko-asisten. Koas ini sarjana kedokteran yang lagi menempuh pendidikan profesi buat jadi dokter. Koas punya gelar dokter muda, tapi seringkali gak dianggap. Yah, namanya juga koas. Terima ajalah yah. Masih untung gak kehilangan eksistensi di rumah sakit.
Seragam koas di RSMH, warnanya putih, dengan kancing yang rame di sebelah kanan. Kalau dilihat sekilas, para koas mirip koki. Seragam yang kami pake pun disebut baju koki. Yasudahlah yah. Kalau lagi jaga malam, seragam kami beda lagi. Kami memakai jas yang panjangnya kurang lebih selutut. Itu seragam yang sama yang kami pakai saat kami praktikum waktu masih jadi mahasiswa pre klinik.
tuh, kayak jas yang aku pake.
2. Dokter umum/ Dokter residen
Dokter umum adalah sarjana kedokteran yang telah menyelesaikan pendidikan profesi. Dokter umum dapat melanjutkan studi dengan mengambil spesialis. Dokter-dokter umum yang sedang dalam pendidikan spesialis ini disebut dokter residen. Dokter umum memakai jas putih dengan lengan pendek. Sekalipun si dokter pake jilbab, lengan jas nya tetap harus pendek.
3. Dokter Spesialis/ Konsulen
.
sumber dari sini
Dokter Spesialis adalah dokter umum yang sudah menjadi spesialis di bidang tertentu. Di setiap departemen punya satu spesialistik, misalnya departemen bedah, maka dokternya adalah dokter spesialis bedah, tapi spesialistik ini dapat di upgrade lagi. Misalnya jadi dokter spesialis bedah plastik. dst
4. Suster/ Perawat
Suster atau perawat umunya memakai setelan putih, yang berarti perawat akan memakai atasan dan bawahan yang sama. Sarjana keperawatan yang sedang mengambil pendidikan punya seragam sendiri. Di RSMH, seragam sarjana keperawatan UNSRI berwarna biru.
5. Satpam
Selain Dokter dan paramedis adalagi yang memakai seragam putih-putih. Tidak lain dan tidak bukan, adalah pak satpam. Tugas beliau-beliau ini juga amat penting. Menjaga keamanan dan kenyamanan rumah sakit.
Sebenarnya ada banyak seragam yang digunakan di rumah sakit. Tapi berhubung koas baru, belum terlalu paham siapa-siapa di balik seragam itu. Koas saja masih ada 2 seragam lagi. Seragam pink untuk berada di ruang operasi dan seragam abu-abu untuk mereka yang lagi di stase bedah. Seragam perawat juga banyak. Selain biru juga ada yang hijau. Belum lagi seragam cleaning service, petugas parkir, pelayan pagi sore. Lumayan banyak kalau mau ngapalin seragam yah, mending ngapalin textbook yang gak abis-abis.
Udah gitu aja, putih-putih yang lainnya gak usah diceritain yah. :]
Rabu, 20 Maret 2013
five thousand dress
ini nih, "five thousand dress"-nya
mommy's old bag
and my favorite heels
keep chic and adorable for a cheap things, doesnt it? :p
Langganan:
Postingan (Atom)