sore ini aku dan teman-teman ngelakuin sensus ke rumah-rumah lagi. seperti kemarin dan kemarinnya lagi, kami mengumpulkan data penduduk yang berusia lebih dari 40 tahun. dan seperti kemarin-kemarin kami juga gak jarang di tolak, melakukan pemeriksaan, mungkin kami tampak seperti sales yang menjajakan barang dagangan, (no offense) atau memang kami terlihat mencurigakan. yang pasti sedih dan kecewa rasanya kalo niat baik kita sampe di tolak, apalagi ditolak dengan kasar. yah, disitulah tantangannya.
sepanjang sore kami hanya mendapatkan kurang dari 10 partisipan saja. di tengah rintik hujan kami kembali ke kampus. setelah menunaikan ibadah sholat magrib di salah satu kost temanku, kami pulang ke rumah masing-masing.
malamnya, aku yang kelelahan di temani mama makan malam. setelah makan malam aku ceritakan semua yang kami alami selama sensus.
"aku ditolak tadi ma. yang punya rumah sama sekali gak mau dengerin apa yang aku omongi. bahkan keluar rumah juga enggak. cuma teriak dari dalam. sedih rasanya, ma"
mama cuma tersenyum.
"kakak, jangan nyerah. itu kan yg negatif, yg positifny apa?"
aku jadi berpikir lagi. hampir setiap pulang selesai meneliti aku mengeluh sama mama. padahal sebenernya gak seburuk itu yang terjadi di lapangan. aku teringat waktu kemarin kami meriksa di talang putri. penduduk-penduduknya benar-benar menyambut kami dengan hangat. mereka juga gak hentinya berdoa untuk kesuksesan kami. dan saat memeriksa, aku memang tidak merasa lelah karena mereka yang begitu kooperatif. mereka yang gak ragu untuk kami periksa, mereka yang membalas kami dengan senyuman, doa, dan secangkir air. aku jadi berpikir, kelak kalo aku benar-benar sudah bekerja di bidang ini, aku akan terbiasa dengan orang-orang yang beragam sifatnya. yang menerima dan menolak. yang memuji dan mencaci. yang percaya dan tidak percaya. aku jadi bersyukur melakukan survey ini. aku jadi bisa langsung terjun ke masyarakat.
aku tersenyum pada mama.
"terlalu banyak yang positifnya,ma"
"yang terpenting, kakak jaga kesehatan yah, biar bisa selesai semuanya", pesan mama.
aku mengangguk dan memakan vitaminku. sampai tiba-tiba handphoneku berbunyi. berhubung kartu simku yang rusak dan gak bisa di detect di hpku, jadi aku pake hp bapak, yg bisa detect kartu simku yang sudah tua.
"halo, dui", suara diseberang sana. suara yang sangat familiar di telingaku.
"iya, siapa yah?", tanyaku. aku tidak terlalu yakin apakah benar suara orang yang aku pikirkan.
"eta, wi. wi, ayah eta udah gak ada", suara disana sesenggukan. aku panik bukan main. air mataku juga terjatuh.
"eta dimana?", kataku setengah berteriak. mama yang berada di dekatku menatapku kaget.
"eta masih di rumah sakitt umum wi, ayah sdh sebulan masuk rumah sakit, eta gak sempet kasih kabar", suara eta hilang timbul di sela tangisannya. air mataku pun sudah sedari tadi membasahi pipiku.
aku terdiam, entah mau bilang apa. eta, salah satu sahabat terbaikku pasti sedang sangat terluka disana. aku hanya ingin memeluknya saat ini. aku melihat mama, mengirim sms pada bapak yang juga teman almarhum. tak lama bapak pun menelpon.
"kakak, jaga kesehatan yah. besok ngelayat ke tempat eta ajak mama ya kak", telpon dari bapak.
"kakak, jaga kesehatan yah. besok ngelayat ke tempat eta ajak mama ya kak", telpon dari bapak.
"iya pak", jawabku masih sesenggukan. eta yang sabar yah :'(
0 komentar:
Posting Komentar