Kekasihku dulu adalah orang yang periang. Dia sering menceritakan cerita-cerita lucu padaku. Aku selalu tertawa dibuatnya. Pernah suatu hari, saat aku datang padanya dengan menangis karena kehilangan kartu ATM, dia hanya memelukku, dan membiarkanku tersedu sedan. Saat aku selesai menangis, dia tersenyum dan menceritakan hal lucu padaku. Aku jadi tak peduli lagi pada kartu ATM-ku. Tentu saja setelah itu dia membantuku mengurus kartu ATM-ku yang hilang. Pokoknya dia luar biasa. Aku sangat menyayanginya.
Kekasihku itu juga seorang pekerja keras. Beberapa hari sebelum hari ulang tahunku, temannya kecurian. Dia yang baik hati meminjamkan uangnya pada temannya. Saat sadar kalau dia belum membeli kado untuk ulang tahunku, dia bekerja sambilan di sebuah toko roti. Hanya untuk kadoku saja. Bagaimana aku bisa tak mencintainya?
Sayang, itu dulu. Kekasihku sudah pergi, sudah tiada. Aku benar-benar merindukannya. Seperti hari ini, aku terus menunggu di kedai kopi tempat kami terakhir bertemu. Aku berharap bisa memeluknya seperti dulu, mendengarkan semua leluconnya seperti dulu. Aku selalu menyimpan fotonya di dompetku. Aku ingin melihatnya di setiap hariku. Aku juga menempelkan fotonya di meja di sebelah tempat tidurku. Agar aku bisa melihatnya di bangun pagiku, dan di malam sebelum tidurku. Mengingat semua tentangnya membuatku menitikkan air mata. Ah, sayangku, kenapa kau begitu cepat meninggalkanku.
"Emil!",suara yang sama yang sering kudengar.
"Siapa kau?"
"Aku pacarmu, ayo kita pulang!"
"Pacarku sudah tiada"
"Berhentilah memperlakukanku seperti aku sudah mati", bentaknya kasar.
0 komentar:
Posting Komentar