Hari itu, aku sangat kelelahan. Sehabis lembur di kantor, kubuka ponselku yang dari tadi siang tak kusentuh sama sekali. Beberapa sms, dan bbm di sana. Hanya broadcast dan bbm dari seorang teman yang menanyakan perihal reuni. Kubuka kotak masuk yang sudah kuduga darimu. Aku begitu lelah, bahkan untuk membalas semuamu.
Hari itu, aku belanja ke mall sendirian. Aku ingin mengganti sepatuku yang mulai mengelupas. Sudah beberapa toko, tapi tak kutemukan yang aku inginkan. Akhirnya aku hanya berkeliling. Aku tiba di sebuah toko souvenir. Sebuah asbak kecil memikatku. Aku ingat kamu. Aku membelinya tanpa pikir panjang, kebetulan ulang tahunmu sebentar lagi.
Hari itu, aku sedang membereskan kamarku. Tumpukan kertas dan majalah menggunung. Di sudut rak buku, aku menemukan kotak kado kecil. Kado yang tak pernah aku berikan tanpa alasan yang jelas. Aku tau apa isinya. Dan aku tau kado kecil ini untuk siapa. Kamu.
Hari itu, aku menemani temanku mencari kado untuk ayahnya. Kami berkeliling dan tak menemukan kado yang tepat. Akhirnya kami pulang dan beristirahat di kamarku. Ia menemukan kado kecilku, kado kecil untukmu yang tak pernah aku berikan. Ia menanyakan isinya dan memintaku untuk memberikannya padanya. Aku mengiyakan saja.
Hari itu, hari ulang tahunku. Beberapa sahabatku memberikan kejutan untukku. Orang tua dan adikku juga. Membahagiakan. Tapi aku meras tak lengkap. Dengan semua kado dan ucapan ini, aku merasa kurang. Kurang ucapan dari mu. Ya. kamu.
Hari itu, aku berkeliling mall sendiri lagi. Yah, aku memang suka berkeliling sendiri. Aku ingat, sekitar setahun yang lalu aku masuk ke toko ini. Aku melihat jejeran souvenir di toko itu. Tanpa kusadari, aku mencari sesuatu. Asbak yang tahun lalu aku beli, sudah tak ada.
Hari itu, aku benar-benar lelah. Aku menjatuhkan tubuhku di kasur dan terlelap. Dalam mimpiku, aku sedang mengetik laporan kerjaku. Ponselku berbunyi. Sms-sms darimu. Entah mengapa aku menjadi sangat gembira. Aku membalas smsmu. Sampai saat aku bangun, aku sibuk mencari ponselku yang masih kutaruh di tas. Tak ada pesan sama sekali.
Hari itu, aku menyadari. Setahun ini, aku bahkan tak melupakanmu. Aku selalu ingat. Aku sudah memutuskan. Aku mau belajar dan membangunnya kembali. Jadi, kukirim pesan singkat padamu dengan malu-malu. Berharap.
Hari itu, aku lembur sampai tengah malam. Aku menyelesaikan tugas kantorku di rumah. Sesekali kulirik jam di dinding kamarku. Aku jadi ingat kamu. Kenyataan memang tak selalu bagus untuk diketahui semuanya. Mungkin kalau aku tak tahu kalau kau begitu. Aku akan terima-terima saja. Kukirimkan pesanku lagi padamu, masih berlinangan.
Bagaimana mungkin kamu bilang ini tiba-tiba?
0 komentar:
Posting Komentar