Feeds RSS
Feeds RSS

Minggu, 13 Januari 2013

Hujan

Kupandangi wajah pacarku yang sedang tertidur. Ia tampak sangat lelah. Mungkin sudah setengah jam ia tertidur. Hujan di luar membuat suasana yang pas untuk tidur. Pacarku orang yang hebat. Ia bilang tidak boleh menyetir saat ngantuk. Dan disanalah dia, tertidur di balik setir mobil.
Aku hanya bermain-main dengan pajangan kucing di dasboard mobilnya sambil mengawasi hujan yang masih turun lebat. Dari jauh, aku melihat seorang lelaki tua berjalan di tengah hujan. Ia basah kuyup. Aku benar-benar kasihan padanya. Aku mencari payung di jok belakang dan keluar mobil untuk memberikan salah satu payung kami padanya. 
Kudekati ia perlahan. Ia tersentak menyadari aku yang tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"Kakek, butuh payung? Ini untuk kakek saja", aku memanyunginya sambi menyerahkan payung lipat padanya. 
"Kamu siapa?"
Aku sampai lupa memperkenalkan diri. Aku seperti orang asing yang datang tiba-tiba, tentu saja dia heran.
"Aku Mita, kek. Kebetulan lewat sini, dan aku bawa 2 payung. Ini untuk kakek saja"
"Terimakasih", ia mengambil payung di tanganku dan duduk di bangku tak jauh dari mobil pacarku.
Entah mengapa, aku jadi berjalan mengikutinya. Tubuh ringkihnya gemetar. Aku jadi kasihan. 
"Aku harus menunggu di sini. Istriku sebentar lagi pulang. Rumah kami jauh di belakang, sekarang mulai gelap, dia pasti susah melihat", laki-laki tua itu berkata sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Aku yang bodoh ini, tidak tahu kalau hujan akan turun. Istriku bisa sakit kalau ia kehujanan. Ia tidak boleh sakit"
"Aku bisa memberikanmu payungku ini, kek. Mobil merah itu punya pacarku. Aku bisa pulang tanpa kehujanan, jadi aku tidak membutuhkan payung ini"
"Tidak, aku sudah berhutang satu payung padamu. Satu sudah cukup"
Aku diam. Rasanya tak tega meninggalkan laki-laki tua ini mengigil kedinginan. 
"Itu istriku", laki-laki tua itu berdiri dari bangku dan berjalan menghampiri seorang wanita tua yang baru turun dari angkot. Ia memeluk istrinya erat. Aku terenyuh.
"terimakasih payungnya", Ia dan istrinya tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan senyuman. Aku terus melihat mereka. Setelah mereka sampai di ujung jalan, aku baru sadar, laki-laki tua itu hanya memayungi istrinya dan ia tetap basah kuyup. 
Aku kembali ke mobil. Pacarku terbangun. Ia mengucek-ngucek matanya dan menatapku. 
"Kamu basah kuyup?",katanya setengah bertanya. Aku mengangguk saja.
"kamu gak boleh sakit", ia melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku. 
"Kamu seperti kakek", tawaku. Pacarku bingung. 

0 komentar:

Posting Komentar